Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Gunung Bromo

Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Pulau Komodo

Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pulau Lombok

Pulau Lombok (jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123 jiwa)[1] adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km², menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.

Iguana

Iguana ialah sejenis kadal yang hidup di daerah tropis di Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia. Pertama kali mereka disebutkan oleh seorang naturalis berkebangsaan Austria Josephus Nicolaus Laurenti pada tahun 1768. Ada 2 spesies yang berbeda dari jenis kadal ini: iguana hijau dan iguana Antilles Kecil.

Kamis, 26 Maret 2015

Virtual and The Reality, Nyata tapi Tidak terlihat

Istilah Virtual Reality sudah lama kita dengar, dan teknologi tersebut seakan menjadi impian terpanjang industri game, apalagi setelah bebereapa inovasi virtual reality (VR) yang mencoba mengenalkan cara bermain baru menggunakan layar kedua yang langsung dihadapkan pada mata kita tersebut harus gagal.



Satu yang paling dekat dengan dunia game adalah Nintendo Virtual Boy, konsol game yang berwujud head-mounted virtual reality display (dipasang langsung di kepala, dengan layar beradsa tepat di depan mata), dan pada masanya (dirilis pertengahan 1995) diklaim menjadi yang pertama mampu menampilkan grafis 3D yang sebenarnya. Namun karena banyak hal, mulai promosi yang kurang, penerapan 3D-nya yang ternyata tidak full color, hingga tidak realistis (seharusnya sebuah virtual reality memungkinkan ketika kepala bergerak, sudut pandang tampilan pada layar juga ikut bergerak). Tidak heran jika konsol tersebut langsung dihentikan produksinya tidak sampai setahun kemudian.



Pesaing terdekat Nintendo, Sega, juga sempat mengembangkan Sega VR. Namun dengan alasan efeknya terlalu realistis dan tidak baik untuk gamer, proyek tersebut dihentikan pengembangannya.
Bisa jadi karena trauma kegagalan beberapa perangkat virtual reality yang dikhususkan untuk bermain game di awal tahun 1990-an tersebut, industri game perlu menunggu lama untuk bisa mulai mencari produk yang sangat pas bagi gamer. Baik itu dari sisi harga, dan juga mendukung kenyamanan bermain. Hingga pada tahun 2012 lalu, Palmer Luckey bersama perusahaannya, sebuah perusahaan teknologi yang mengembangkan virtual reality, yaitu Oculus VR, mengenalkan Oculus Rift, head-mounted display untuk menghadirlkan tampilam virtual reality yang dalam. Proyek tersebut mendapat sambutan yang sangat baik, hingga dukungannya dari beberapa perusahaan lain mencapai US $91 juta, serta $2.4 juta melalui pembiayaan massa Kickstarter, hingga akhirnya dibeli oleh Facebook senilai US $2 milyar, atau sekitar Rp. 23 trilyun!




Selain dukungan dana yang begitu besar, John D. Carmack, salah satu nama yang cukup terkenal di industri game PC, co-founder id Software, yang juga berada di balik nama franchise yang identik dengan tampilan first-person seperti Wolfenstein 3D, Doom, Quake, Rage dan banyak sekuelnya (serta dianggap sebagai bapaknya genre FPS), yang pasti akan sangat pas dan bisa membuat gamer serasa masuk ke dalamnya, jika dimainkan menggunakan head-mounted display semacam Oculus Rift. Karena itulah Carnack sudah lama mengamati perkembangan gadget yang dikembangkan Palmer, dan sebelum E3 2012 Id Software mengumumkan jika Doom 3 BFG Edition akan melengkapi hampir 170 game lainnya, yang kompatibel dengan Oculus Rift. Setahun kemudian, selama E3 2013, Doom 3 BFG Edition didemokan. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Sebuah game dengan mekanis gameplay yang usianya dua dekade, namun ketika dimainkan menggunakan sebuah head-mounted display, semuanya terasa berbeda, gamer serasa terpisah dari dunia nyata, dan lebih bisa berada di dalam game tersebut.



Demikian jelas, virtual reality menawarkan suatu pengalaman baru, tanpa perlu sebuah konsol harus di-upgrade spesifikasinya. Sesuatu yang banyak disarankan para pengamat industri game, agar mesin game bisa menawarkan pengalaman yang berbeda dari biasanya, bukan sekadar franchise yang berulang. Bisa jadi, Facebook memahami jika virtual reality akan menjadi salah satu tren dari masa lalu yang kini kembali dengan antusias yang lebih besar, dan Oculus Rift sudah mengawalinya di garis depan, dengan target akan dipasarkan akhir 2014 nanti. Ketakutan teknologi dengan pengalaman bermain unik semacam ini, dukungan game yang minim, sudah berhasil dihapus dengan adanya (sampai detik artikel ini ditulis) 170 game yang kompatibel, termasuk game yang sukses berkat pemasaran early access seperti 7 Days to Die, Daylight, dan DayZ,  game yang juga identik konsol seperti Castlevania: Lords of Shadow 2, Dead Trigger, hingga Titanfall, mayoritas FPS baru untuk PC/Steam, bahkan game dari developer indie Indonesia, Dreadeye, juga dikabarkan akan mendukung Oculus Rift. Game lama seperti Skyrim dan Mirror’s Edge juga dalam proses konversi mendukung tampilan virtual reality. Dan jika tren virtual reality ini bukan salah satu yang akan besar di dunia game di masa datang, Sony tidak akan membuat perangkat yang sama. Selama Game Developers Conference 2014 kemarin, mereka mengenalkan headset virtual reality mereka sendiri, yang disebut sebagai Project Morpheus (masih kode nama). Versi purwa rupanya dibawa selama ajang GDC 2014 lalu, dan didemokan ke hadapan para developer. Seperti Oculus Rift, Morpheus tampil dalam bentuk sebuah head-mounted display untuk menampilkan virtual reality yang dalam dari sebuah game. Sejauh ini Morpheus hanya didesain khusus untuk konsol current-gen mereka, PS4. Belum ada detail lain dari Morpheus, hanya disebutkan akan dirilis tahun depan.
sumber:www.duniaku.net

Rabu, 18 Maret 2015

Bleach Episode Terakhir


JAPAN NIGHT : Move With The Music Of Japan

 
JAPAN NIGHT : Move With The Music Of Japan

4 Apr 2015, 7.00pm
The Kasablanka Main Hall, Kota Kasablanka Jakarta
Promoter :Marygops & Japan Night Indonesia

VIPRp 1,600,000
General ( Standing )Rp 750,000

Rabu, 14 Mei 2014

Pertempuran Smartphone iOS vs Blackberry 10 vs Android vs WP 8


 Sistem operasi menjadi senjata andalan bagi vendor maupun produsen smartphone untuk bersaing menjinakkan pasar. Sudah bukan rahasia jika ada beberapa sistem operasi ponsel yang cukup populer dan bersaing sangat ketat. Antara lain iOS, Blackbery OS, Android OS dan Windows Phone. Semuanya berupaya merilis versi terbaru yang bisa memuaskan para penggunanya.

Fitur iOS 6 vs Blackberry 10 vs Android Jelly Bean vs WP8

Windows Phone 8 mendukung penggunaan prosesor multi-core. Tak hanya itu, Microsoft juga mengganti inti program (kernel) pada Windows Phone 8, yang kini memakai kernel yang sama dengan sistem operasi Windows 8 untuk komputer pribadi dan tablet. Nah, fitur-fitur baru apa saja yang ada di Windows Phone 8? Berikut daftar lengkapnya:

1. Menggunakan kernel Windows NT: Sebuah kernel yang juga digunakan di sistem operasi Windows 8 untuk komputer dan tablet.

2. Mendukung prosesor multi-core: Windows Phone 8 kini membuka diri untuk menerima hardware prosesor multi core.

3. Mendukung tiga resolusi layar: WVGA (800×480 pixel), WXVGA (1280×768 pixel) dan True 720p (1280×720 pixel).

4. Browser Internet Explorer 10

5. Mendukung penambahan kartu memori eksternal

6. Tampilan baru: antarmuka bergaya Windows 8 yang punya ciri khas kotak-kotak.

7. NFC dan ‘dompet mobile’: Windows Phone 8 mendukung Near Field Communication (NFC) yang bisa menyediakan layanan “dompet” online untuk penggunanya.

8. Peta digital

9. Dukungan penuh untuk Skype: Microsoft akan mengintegrasikan Voice Over Internet Protocol (VoIP) untuk melakukan panggilan atau menjawab panggilan dari aplikasi video call Skype.

10. Menangkap screenshot

11. Pembaruan software kamera
Fitur Baru iOS 6

Fitur iOS 6 vs Blackberry 10 vs Android Jelly Bean vs WP8iOS 6 sebagai OS terbaru dari Apple baru saja diperkenalkan pada tanggal 11 Juni 2012 di ajang WWDC 2012. Perangkat yang didukung oleh OS ini adalah iPhone 3GS, iPhone 4, iPhone 4S, iPad generasi kedua dan ketiga serta iPod Touch generasi keempat.

Lalu apa saja fitur dan performa yang akan dibawa oleh iOS 6. Mari sedikit berkenalan dengan beberapa diantaranya :

1.Memperkenalkan Passbook: aplikasi e-tiket terbaru dari Apple. Passbook memungkinkan Anda untuk membawa tiket elektronik dalam bentuk apa pun.

2.Integrasi Facebook: Apple menjanjikan bahwa ini akan menjadi integrasi Facebook terbaik yang pernah ada dalam perangkat mobile.

3. Streaming Musik dari iTunesMatch: Lagu langsung dapat dimainkan dan download merupakan hal yang terpisah.

4. Adanya VIP MailBox: Memungkinkan Anda membuat daftar “white list” yang dapat memuat daftar kontak tertentu semisal bos atau orang terdekat Anda.

5. Adanya Widget Facebook

6. Pengaturan Keamanan: Sistem keamanan terpadu via menu “Privacy” yang terdapat pada menu “Settings”.
Fitur Blackberry 10

Fitur iOS 6 vs Blackberry 10 vs Android Jelly Bean vs WP8Dalam ajang Blackberry World 2012, pihak Research In Motion ( RIM ) baru-baru ini memamerkan prototipe sistem operasi terbaru mereka yang diberi nama Blackberry 10. OS ini akan memfokuskan penggunaan OS tersebut dari sisi aplikasi dan multi tasking. Fitur kunci yang ada pada BlackBerry 10 antara lain :

1. Layar Sentuh Halus: Meski tidak akan meninggalkan tombol fisik Qwerty. RIM juga memperkenalkan modus layar sentuh penuh untuk perangkat generasi baru.

2. Peningkatan Kemampuan Multitasking

3. Peningkatan Keyboard Virtual: Mirip dengan fitur word suggestion yang ada pada perangkat iPhone dan Android.

4. Perbaikan Fitur Kamera
Fitur Baru Android Jelly Bean

Fitur iOS 6 vs Blackberry 10 vs Android Jelly Bean vs WP8Google telah merilis versi Android dalam urutan abjad – C (Cupcake), D (Donut), E (Eclair), F (Froyo), G (Gingerbread), H (Honeycomb) dan I (Ice Cream Sandwich). Versi terbaru dari ponsel Android dan tablet OS diberi nama Android 5.0 Jelly Bean. Lalu seperti apa beberapa kelebihan yang menjadi lini kekuatan dari OS satu ini. Ini dia beberapa diantaranya :

1. Integrated Google Chrome: Google akan membawa browser Google Chrome yang terintegrasi. Yang mana akan memberikan pengguna pengalaman yang sama dengan versi desktop dari Google Chrome.

2. Adanya Built In File Manager: Pada OS Jelly Bean dikabarkan akan memiliki built-in File Manager yang akan memungkinkan pengguna untuk dengan mudah mengatur file dan akses yang sesuai kebutuhan.

3. Peningkatan pada Baterai dan Manajemen Power: Android 5.0 Jelly Bean telah datang dengan efisiensi baterai dan manajemen daya yang lebih baik dengan meningkatkan percepatan dan optimalisasi hardware.

4. Peningkatan pada fungsi keyboard: Proses pengetikan jadi lebih mudah.

Minggu, 27 April 2014

SEO vs GEO ?

If you’re like most SEOs, you spend a lot of time reading. Over the past several years, I’ve spent 100s of hours studying blogs, guides, and Google patents. Not long ago, I realized that 90% of what I read each doesn’t change what I actually do - that is, the basic work of ranking a web page higher on Google.
For newer SEOs, the process can be overwhelming.
To simplify this process, I created this SEO blueprint. It’s meant as a framework for newer SEOs to build their own work on top of. This basic blueprint has helped, in one form or another, 100s of pages and dozens of sites to gain higher rankings.
Think of it as an intermediate SEO instruction manual, for beginners.
Level: Beginner to Intermediate
Timeframe: 2 to 10 Weeks
What you need to know: The blueprint assumes you have basic SEO knowledge: you’re not scared of title tags, can implement a rel=canonical, and you’ve built a link or two. (If this is your first time to the rodeo, we suggest reading the Beginners Guide to SEO and browsing our Learn SEO section.)


Keyword Research

1. Working Smarter, Not Harder

Keyword research can be simple or hard, but it should always be fun. For the sake of the Blueprint, let’s do keyword research the easy way.
The biggest mistakes people make with keyword research are:
  1. Choosing keywords that are too broad
  2. Keywords with too much competition
  3. Keywords without enough traffic
  4. Keywords that don’t convert
  5. Trying to rank for one keyword at a time
The biggest mistake people make is trying to rank for a single keyword at a time. This is the hard way. It’s much easier, and much more profitable, to rank for 100s or even 1,000s of long tail keywords with the same piece of content. Instead of ranking for a single keyword, let’s aim our project around a keyword theme.

2. Dream Your Keyword Theme

Using keyword themes solves a whole lot of problems. Instead of ranking for one Holy Grail keyword, a better goal is to rank for lots of keywords focused around a single idea. Done right, the results are amazing.

I assume you know enough about your business to understand what type of visitor you’re seeking and whether you’re looking for traffic, conversions, or both. Regardless, one simple rule holds true: the more specific you define your theme, the easier it is to rank.
This is basic stuff, but it bears repeating. If your topic is the football, you’ll find it hard to rank for “Super Bowl,” but slightly easier to rank for “Super Bowl 2014” - and easier yet to rank for “Best Super Bowl Recipes of 2014.”
Don’t focus on specific words yet - all you need to know is your broad topic. The next step is to find the right keyword qualifiers.

3. Get Specific with Qualifiers

Qualifiers are words that add specificity to keywords and define intent. They take many different forms.
  • Time/Date: 2001, December, Morning
  • Price/Quality: Cheap, Best, Most Popular
  • Intent: Buy, Shop, Find
  • Location: Houston, Outdoors, Online
The idea is to find as many qualifiers as possible that fit your audience. Here’s where keyword tools enter the picture. You can use any keyword tool you like, but favorites include Wordstream, Keyword Spy, SpyFu, and Bing Keyword Tool and Ãœbersuggest.
For speed and real-world insight, Ãœbersuggest is an all-time SEO favorite. Run a simple query and export over 100 suggested keyword based on Google’s own Autocomplete feature – based on actual Google searches.
Did I mention it’s free?

4. Finding Diamonds in the Google Rough

At this point you have a few dozen, or a few hundred keywords to pull into Google Adwords Keyword Planner.
Pro Tip #1: While it’s possible to run over a hundred keyword phrases at once in Google’s Keyword Planner, you get more variety if you limit your searches to 5-10 at a time.
Using “Exact” search types, we’re looking for 10-15 closely related keyword phrases with decent search volume, but not too much competition.
Pro Tip #2: Be careful trusting the “Competition” column in Google Adwords Keyword Planner. This refers to bids on paid search terms, not organic search.

5. Get Strategic with the Competition

Now that we have a basic keyword set, you need to find out if you can actually rank for your phrases. You have two basic methods of ranking the competition:
  1. Automated tools like the Keyword Difficulty Tool
  2. Eyeballing the SERPs
If you have an SEOmoz PRO membership (or even a free trial) the Keyword Difficulty Tool calculates – on a 100 point scale – a difficulty score for each individual keyword phrase you enter.]
 
 
 


Keyword phrases in the 60-70+ range are typically competitive, while keywords in the 30-40 range might be considered low to moderately difficult.
To get a better idea of your own strengths, take the most competitive keyword you currently rank #1 or #2 for, and run it through the tool.
Even without automated tools, the best way to size up the competition is to eyeball the SERPs. Run a search query (non-personalized) for your keywords and ask yourself the following questions:
  • Are the first few results optimized for the keyword?
  • Is the keyword in the title tag? In the URL? On the page?
  • What’s the Page and/or Domain Authority of the URL?
  • Are the first few results authorities on the keyword subject?
  • What’s the inbound anchor text?
  • Can you deliver a higher quality resource for this keyword?
You don’t actually have to rank #1 for any of your chosen words to earn traffic, but you should be comfortable cracking the top five.
With keyword themes, the magic often happens from keywords you never even thought about.

Case Study: Google Algo Update

When SEOmoz launched the Google Algorithm Change HIstory (run by Dr. Pete) we used a similar process for keyword research to explore the theme “Google Algorithm” and more specifically, “Google Algorithm Change.”
According to Google’s search tool, we could expect a no more than a couple thousand visits a month – best case – for these exact terms. Fortunately, because the project was well received and because we optimized around a broad keyword theme of “Google Algorithm,” the Algo Update receives lots of traffic outside our pre-defined keywords.
This is where the long tail magic happens:

Content

6. Creating Value

Want to know the truth? I hate the word content. It implies words on a page, a commodity to be produced, separated from the value it creates.
Content without value is spam.
In the Google Algorithm Update example above, we could have simply written 100 articles about Google’s Algorithm and hoped to rank. Instead, the conversation started by asking how we could create a valuable resource for webmasters.
For your keyword theme, ask first how you can create value.
Value is harder to produce than mere words, but value is rewarded 100x more. Value is future proof & algorithm proof. Value builds links by itself. Value creates loyal fans.
Value takes different forms. It’s a mix of:
  1. Utility
  2. Emotional response
  3. Point of view (positive or negative)
  4. Perceived value, including fame of the author
Your content doesn’t have to include all 4 of these characteristics, but it should excel in one or more to be successful. A study of the New York Times found key characteristics of content to be influential in making the Most Emailed list.

7. Driving Your Content Vehicle

Here’s a preview: the Blueprint requires you create at least one type of link bait, so now is a good time to think about the structure of your content.
What’s the best way to deliver value given your theme? Perhaps it’s an
  • Infographic
  • Video series
  • A new tool
  • An interview series
  • Slide deck
  • How-to guide
  • Q&A
  • Webinar or simple blog post
Perhaps, it’s all of these combined.
The more ways you find to deliver your content and the more channels you take advantage of, the better off you’ll be.
Not all of your content has to go viral, but you want to create at least one “tent-pole” piece that’s better than anything else out there and you’re proud to hang your hat on.
If you need inspiration, check out Distilled's guide to Viral Linkbait or QuickSprout’s Templates for Content Creation.

8. Title – Most Important Work Goes Here

Spend two hours, minimum, writing your title.
Sound ridiculous? If you’re an experienced title writer like Rand Fishkin, you can break this rule. For the rest of us, it’s difficult to underplay the value delivered by a finely crafted title.
Write 50 titles or more before choosing one.
Study the successful titles on Inbound.org, Mashable, Wired, or your favorite publication.

10. Content Qualities You Can Bank On

If you don’t focus on word count, how do you add quality “depth” to your content?
SEOs have written volumes about how Google might define quality including metrics such as reading level, grammar, spelling, and even Author Rank. Most is speculation, but it’s clear Google does use guidelines to separate good content from bad.
My favorite source for clues comes from the set of questions Google published shortly after the first Panda update. Here are a few of my favorites.

11. LDA, nTopic, and Words on the Page

Google is a machine. It can’t yet understand your page like a human can, but it’s getting close.
Search engines use sophisticated algorithms to model your sentences, paragraphs, blocks, and content sections. Not only do they want to understand your keywords, but also your topic, intent, and expertise as well.
How do you know if your content fits Google’s model of expectations?
For example, if your topic is “Super Bowl Recipes,” Google might expect to see content about grilling, appetizers, and guacamole. Content that addresses these topics will likely rank higher than pages that talk about what color socks you’re wearing today.
Words matter.
SEOs have discovered that using certain words around a topic associated with concepts like LDA and nTopic are correlated with higher rankings.
Virante offers an interesting stand alone keyword suggestion tool called nTopic. The tools analyzes your keywords and suggests related keywords to improve your relevancy scores.

12. Better than LDA - Poor Man's Topic Modeling

Since we don’t have access to Google’s computers for topic modeling, there’s a far simpler way to structure your content that I find far superior to worrying about individual words:
Use the keyword themes you created at the beginning of this blueprint.
You’ve already done the research using Google’s keyword tool to find closely related keyword groups. Incorporating these topics into your content may help increase your relevancy to your given topic.
Example: Using the Google Algorithm project cited above, we found during keyword research that certain keywords related to our theme show up repeatedly, time and time again. If we conducted this research today, we would find phrases like “Penguin SEO” and “Panda Updates” frequently in our results.
Google suggests these terms via the keyword tool because they consider them closely related. So any content that explored “Google Algorithm Change” might likely include a discussion of these ideas.

Note: This isn't real LDA, simply a way of adding relevant topics to your content that Google might associate with your subject matter.

13. Design Is 50% of the Battle

If you have any money in your budget, spend it on design. A small investment with a designer typically pays outsized dividends down the road. Good design can:
  • Lower bounce rate
  • Increase page views
  • Increase time on site
  • Earn more links
  • Establish trust
… All of which can help earn higher rankings.

Architecture

Here’s the special secret of the SEO Blueprint: you’re not making a single page to rank; you’re making several.

14. Content Hubs

Very few successful websites consist of a single page. Google determines context and relevancy not only by what’s on your page, but also by the pages around it and linking to it.
The truth is, it’s far easier to rank when you create Content Hubs exploring several topics in depth focused around a central theme.
Using our “Super Bowl Recipes” example, we might create a complete section of pages, each exploring a different recipe in depth.


15. Linking the Hub Together

Because your pages now explore different aspects of the same broad topic, it makes sense to link them together.
  • Your page about guacamole relates to your page about nachos.
  • Your page about link building relates to your page about infographics.
  • Your page about Winston Churchill relates to major figures of World War II.

It also helps them to rank by distributing PageRank, anchor text, and other relevancy signals.

16. Find Your Center

Content Hubs work best with a “hub” or center. Think of the center as the master document that acts as an overview or gateway to all of your individual content pages.
The hub is the authority page. Often, the hub is a link bait page or a category level page. It’s typically the page with the most inbound links and often as a landing page for other sections of your site.

For great example of Hub Pages, check out:

On-Page Optimization

17. Master the Basics

You could write an entire book about on-page optimization. If you’re new to SEO, one of the best ways to learn is by using Moz's On-page Report Card. The tool grades 36 separate on-page SEO elements, gives you a report and suggestions on how to fix each element. Working your way through these issues is an excellent way to learn (and often used by agencies and companies as a way to teach SEO principals)


Beyond the basics, let’s address a few slightly more advanced tactics to take advantage of your unique keyword themes and hub pages, in addition to areas where beginners often make mistakes.

18. Linking Internally for the Reasonable Surfer

Not all links are created equal (One of the greatest SEO blog posts ever written!) So, when you interlink your internal pages within your content hub together, keep in mind a few important points.
  1. Links from inside unique content pass more value than navigation links.
  2. Links higher up the page pass more value than links further down.
  3. Links in HTML text pass more weight than image links.
When interlinking your content, it’s best to keep links prominent and “editorial” – naturally link to your most important content pages higher up in the HTML text.

19. Diversify Your Anchor Text - Naturally

If Google’s Penguin update taught us anything, it’s that over-thinking anchor text is bound to get us in trouble.
When you link naturally and editorially to other places on the web, you naturally diversify your anchor text. The same should hold true when you link internally.
Don’t choose your anchor text to fit your keywords; choose your anchor text to fit the content around it.
Practically speaking, this means linking internally with a mix of partial match keyword and related phrases. Don’t be scared to link occasionally without good keywords in the anchor – the link can still pass relevancy signals. When it comes to linking, it’s safer to under-do it than over-do it.


20. Title Tags - Two Quick Tips

We assume you know how to write a compelling title tag. Even today, keyword usage in the title tag is one of the most highly correlated on-page ranking factors that we know.
That said, Google is getting strict about over-optimizing title tags, and appears to be further cracking down on titles “written for SEO.” Keep this in mind when crafting your title tags
I. Avoid Boilerplates
It used to be common to tack on your business phrase or main keywords to the end of every title tag, like so:
  • Plumbing Supplies – Chicago Plumbing and Fixtures
  • Pipes & Fittings – Chicago Plumbing and Fixtures
  • Toilet Seat Covers – Chicago Plumbing and Fixtures
While we don’t have much solid data, many SEOs are now asserting that “boilerplate” titles tacked on to the end of every tag are no longer a good idea. Brand names and unique descriptive information is okay, but making every title as unique as possible is the rule of the day.
II. Avoid Unnecessary Repetition
Google also appears (at least to many SEOs) to be cracking down on what’s considered the lower threshold of “keyword stuffing.”
In years past it was a common rule of thumb never to repeat your keyword more than twice in the title. Today, to be on the safe side, you might be best to consider not repeating your keywords more than once.

21. Over-Optimization: Titles, URLs, and Links

Writing for humans not only gets you more clicks (which can lead to higher rankings), but hardly ever gets you in trouble with search engines.
As SEOs we're often tempted to get a "perfect score" which means exactly matching our title tags, URLs, inbound anchor text, and more. unfortunately, this isn't natural in the real world, and Google recognizes this.
Diversify. Don’t over-optimize.

22. Structured Data

Short and simple: Make structured data part of every webpage. While structured data hasn’t yet proven to be a large ranking factor, it’s future-facing value can be seen today in rich snippet SERPs and social media sharing. In some verticals, it’s an absolute necessity.

There’s no rule of thumb about what structured data to include, but the essentials are:
  • Facebook Open Graph tags
  • Twitter Cards
  • Authorship
  • Publisher
  • Business information
  • Reviews
  • Events
To be honest, if you’re not creating pages with structured data, you’re probably behind the times.
For an excellent guide about Micro Data and Schema.org, check out this fantastic resource from SEOGadget.

Building Links

23. The 90/10 Rule of Link Building

This blueprint contains 25 steps to rank your content, but only the last three address link building. Why so few? Because 90% of your effort should go into creating great content, and 10% into link building.
If you have a hard time building links, it may be because you have these numbers reversed.
Creating great content first solves a ton of problems down the line:
  1. Good content makes link building easier
  2. Attracts higher quality links in less time
  3. Builds links on its own even when sleeping or on vacation
If you’re new to marketing or relatively unknown, you may need to spend more than 10% of your time building relationships, but don’t let that distract you from crafting the type of content that folks find so valuable they link to you without you even asking.

24. All Link Building is Relationships - Good & Bad

This blueprint doesn't go into link building specifics, as there are 100's of ways to build quality links to every good project. That said, a few of my must have link building resources:
  1. Jon Cooper's Complete List of Link Building Strategies
  2. StumbleUpon Paid Discovery
  3. Citation Labs
  4. Promoted Tweets
  5. Ontolo
  6. eReleases - Press releases not for links, but for exposer
  7. BuzzStream
  8. Paddy Moogan's excellent Link Building Book
These resources give you the basic tools and tactics for a successful link building campaign, but keep in mind that all good link building is relationship building. Successful link builders understand this and foster each relationship and connection. Even a simple outreach letter can be elevated to an advanced form of relationship building with a little effort, as this Whiteboard Friday by Rand so graciously illustrates.


25. Tier Your Link Building... Forever

The truth is, for professionals, link building never ends. Each content and link building campaign layers on top of previous content and the web as a whole like layers of fine Greek baklava.
For example, this post could be considered linkbait for SEOmoz, but it also links generously to several other content pieces within the Moz family and externally as well; spreading both the link love and the relationship building as far as possible at the same time.
SEOmoz links generously to other sites: the link building experience is not just about search engines, but the people experience, as well. We link to great resources and build links for the best user experience possible. When done right, the search engines reward exactly this type of experience with higher rankings.
For an excellent explanation as to why you should link out to external sites when warranted, read AJ Kohns excellent work, Time to Long Click.
One of my favorite posts on SEOmoz was 10 Ugly SEO Tools that Actually Rock. Not only was the first link on the page directed to our own SEO tools, but we linked and praised our competitors as well.
Linkbait at its finest.



This is Information











Sabtu, 26 April 2014

Pencerahan Tentang Cloud Computing

Pengertian Cloud Computing
Komputasi awan (bahasa Inggris: cloud computing) adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis Internet ('awan'). Awan (cloud) adalah metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. Ia adalah suatu metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet ("di dalam awan") tanpa mengetahui apa yang ada didalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet Computing" Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain."
Cloud computing pada dasarnya adalah menggunakan Internet-based service untuk mensupport  business process. Kata-kata “Cloud” sendiri merujuk kepada simbol awan yangdi dunia TI digunakan untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud ).
Wikipedia
mendefinisikan cloud computing sebagai “komputasi berbasis Internet, ketika banyak server digunakan bersama untuk menyediakan sumber daya, perangkat lunak dandata pada komputer atau perangkat lain pada saat dibutuhkan, sama seperti jaringan listrik”.
Gartner
mendefinisikannya sebagai “sebuah cara komputasi ketika layanan berbasis TIyang mudah dikembangkan dan lentur disediakan sebagai sebuah layanan untuk pelanggan menggunakan teknologi Internet.”
Forester
mendefinisikannya sebagai “standar kemampuan TI, seperti perangkat lunak, platform aplikasi, atau infrastruktur, yang disediakan menggunakan teknologi Internetdengan cara swalayan dan bayar-per-pemakaian.”Agar lebih mudah membayangkan skema Cloud Computing, silahkan lihat ilustrasi berikut.
 Sejarah Cloud Computing
Konsep awal Cloud Computing muncul pertama kali pada tahun 1960 oleh John McCarthy yang berkata “komputasi suatu hari nanti akan menjadi sebuah utilitas umum” ide dari cloud computing sendiri bermula dari kebutuhan untuk membagikan data untuk semua orang di seluruh dunia. Mohamed J.C.R Licklider, pencetus ide ini, menginginkan semua orang untuk dapat mengakses apa saja di mana saja. Dengan munculnya grid computing, cloud computing melalui internet menjadi realitas.
Cloud computing adalah sebuah mekanisme dimana kemampuan teknologi informasi disediakan bukan sebagai produk, melainkan sebagai layanan berbasis internet yang memungkinkan kita “meenyewa” sumber daya teknologi informasi (software, processing power, storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan sesuai kebutuhan kita dan membayar yang digunakan oleh kita saja.
Cloud computing merupakan evolusi dari vrtualization,service oriented architecture, autonomic dan utily computing. Cara kerja dari cloud computing bersifat transparan, sehingga end-user tidak perlu pengetahuan, control akan, teknologi insfratuktur dari cloud computing untuk dapat menggunakannya dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka .merka hanya perlu tahu bagaimana cara mengaksesnya.
   Keunggulan Cloud Computing
Uraian mengenai keuntungan (sisi potensial) yang didapat dalam penggunaan Cloud Computing. Namun, secara spesifik, merujuk kepada (Thia, 2008) keuntungan Cloud Computing antara lain: (1) Keuntungan bagi para pelaku bisnis adalah minimalisasi biaya investasi infrastruktur publik sehingga bisnis bisa lebih terfokus pada aspek fungsionalitasnya, (2) Bagi application developer, layanan PaaS memungkinkan pengembangan dan implementasi aplikasi dengan cepat sehingga meningkatkan produktivitas, (3) Bagi para praktisi yang bergerak di industri TI, hal ini berarti terbukanya pasar baru bagi industri jasa pengembangan teknologi informasi, (4) Bagi pebisnis di bidang infrastruktur, hal ini merupakan peluang yang besar karena dengan meningkatnya penggunaan layanan SaaS ini akan meningkatkan penggunaaan bandwidth internet, (5) Integrasi aplikasi dengan berbagai perangkat. Keunggulan lainnya adalah :
1.  Tanpa Investasi Awal
Dengan cloud computing, kita dapat menggunakan sebuah layanan tanpa investasiyang signifikan di awal. Ini sangat penting bagi bisnis, terutama bisnis pemula(startup). Mungkin di awal bisnis, kita hanya perlu layanan CRM untuk 2 pengguna.Kemudian meningkat menjadi 10 pengguna.Tanpa model cloud computing, maka sejak awal kita sudah harus membeli hardware yang cukup untuk sekian tahun ke depan. Dengan cloud computing, kita cukupmembayar sesuai yang kita butuhkan.
2.  Mengubah CAPEX menjadi OPEX
Tanpa cloud computing, investasi hardware dan software harus dilakukan di awal,sehingga kita harus melakukan pengeluaran modal (Capital Expenditure, atau CAPEX). Sedangkan dengan cloud computing, kita dapat melakukan pengeluaranoperasional (Operational Expenditure, atau OPEX). Jadi, sama persis dengan biaya utilitas lainnya seperti listrik atau telepon ketika kita cukup membayar bulanan sesuai pemakaian. Hal ini akan sangat membantu perusahaan secara keuangan.
3.      Lentur dan Mudah Dikembangkan
Dengan memanfaatkan Cloud Computing, bisnis kita dapat memanfaatkan TI sesuaikebutuhan. Perhatikan Gambar di bawah untuk melihat beberapa skenario kebutuhan bisnis. Penggunaan TI secara bisnis biasanya tidak datar-datar saja. Dalam skenario “Predictable Bursting”, ada periode di mana penggunaan TImeningkat tajam. Contoh mudah adalah aplikasi Human Resource (HR) yang padaakhir bulan selalu meningkat penggunaannya karena mengelola gaji karyawan. Untuk skenario “Growing Fast”, bisnis meningkat dengan pesat sehingga kapasitas TI jugaharus mengikuti.Contoh skenario “Unpredictable Bursting” adalah ketika sebuah website berita mendapat pengunjung yang melonjak karena ada berita menarik. Skenario “On and Off” adalah penggunaan TI yang tidak berkelanjutan. Misalnya, sebuah layanan pelaporan pajak, yang hanya digunakan di waktu-waktu tertentu setiap tahun.
Dengan cloud computing, karena sifatnya yang lentur dan mudah dikembangkan(elastic and scalable), maka kapasitas dapat ditingkatkan pada saat dibutuhkan,dengan biaya penggunaan sesuai pemakaian.
4.      Fokus pada Bisnis, bukan TI
Dengan menggunakan Cloud Computing, kita dapat fokus pada bisnis utama perusahaan, dan bukan berkecimpung di dalam pengelolaan TI. Hal ini dapatdilakukan karena pengelolaan TI dilakukan oleh penyedia layanan, dan bukan olehkita sendiri. Misalnya, melakukan patching, security update, upgrade hardware,upgrade software, maintenance, dan lain-lain. Apabila kita memiliki tim TI, maka tim tersebut dapat fokus pada layanan TI yang spesifik untuk bisnis kita, sedangkan hal-hal umum sudah ditangani oleh penyedialayanan.
  Kekurangan Cloud Computing
Merujuk kepada (Robbins, 2009), resiko yang harus dihadapi user dalam penggunaan Cloud Computing ini antara lain: (1) service level, artinya kemungkinan service performance yang kurang konsisten dari provider. Inkonsistensi cloud provider ini meliputi, data protection dan data recovery, (2) privacy, yang berarti adanya resiko data user akan diakses oleh orang lain karena hosting dilakukan secara bersama-sama, (3) compliance, yang mengacu pada resiko adanya penyimpangan level compliance dari provider terhadap regulasi yang diterapkan oleh user, (4) data ownership mengacu pada resiko kehilangan kepemilikan data begitu data disimpan dalam cloud, (5) data mobility, yang mengacu pada kemungkinan share data antar cloud service dan cara memperoleh kembali data jika suatu saat user melakukan proses terminasi terhadap layanan cloud Computing. Beberapa pertimbangan lain yang menjadi resiko Cloud Computing adalah:
- Ketidakpastian kemampuan penegakan kebijakan keamanan pada provider
- Kurang memadainya pelatihan dan audit TI
- Patut dipertanyakan kendali akses istimewa pada situs provider
- Ketidakpastian kemampuan untuk memulihkan data
- Kedekatan data pelanggan lain sehingga kemungkinan tertukar
- Ketidakpastian kemampuan untuk mengaudit operator
- Ketidakpastian keberlanjutan keberadaan provider
- Ketidakpastian kepatuhan provider terhadap peraturan.
 Sistem Security Cloud Computing
Sebelum layanan Cloud computing menjadi begitu diinginkan, pelanggan harus merasa aman dengan informasi yang mereka transfer. Pada jurnal tersebut dijelaskan model pertama yang menjelaskan (model privasi) dengan mengimplementasikan secara ekonomi efisien metode sedangkan intrusi CP sistem deteksi memfokuskan upaya lebih terhadap pencegahan serangan. Ketika merancang sebuah skema keamanan untuk layanan Cloud computing, ada yang mendasari dilema dimana keamanan tidak bisa datang pada biaya aspek yang diinginkan seperti kecepatan data atau keterjangkauan. untuk mengatasi dilema ini, beberapa skema keamanan seperti sistem Reputasi Dirichlet memungkinkan pengguna untuk mengontrol tingkat keamanan yang besar.
 
Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain. keuntungan Cloud Computing antara lain: (1) Keuntungan bagi para pelaku bisnis adalah minimalisasi biaya investasi infrastruktur publik sehingga bisnis bisa lebih terfokus pada aspek fungsionalitasnya, (2) Bagi application developer, layanan PaaS memungkinkan pengembangan dan implementasi aplikasi dengan cepat sehingga meningkatkan produktivitas, (3) Bagi para praktisi yang bergerak di industri TI, hal ini berarti terbukanya pasar baru bagi industri jasa pengembangan teknologi informasi, (4) Bagi pebisnis di bidang infrastruktur, hal ini merupakan peluang yang besar karena dengan meningkatnya penggunaan layanan SaaS ini akan meningkatkan penggunaaan bandwidth internet, (5) Integrasi aplikasi dengan berbagai perangkat. Beberapa pertimbangan lain yang menjadi resiko Cloud Computing adalah:
- Ketidakpastian kemampuan penegakan kebijakan keamanan pada provider
- Kurang memadainya pelatihan dan audit TI
- Patut dipertanyakan kendali akses istimewa pada situs provider
- Ketidakpastian kemampuan untuk memulihkan data
- Kedekatan data pelanggan lain sehingga kemungkinan tertukar
- Ketidakpastian kemampuan untuk mengaudit operator
- Ketidakpastian keberlanjutan keberadaan provider
- Ketidakpastian kepatuhan provider terhadap peraturan.
 

Solusi Dan Suatu Investasi

Untuk mendapatkan sebuah website dihalaman pertama di mesin pencari banyak cara dilakukan. Mulai dari submit ke sosial bookmark, blog comment sampai signature di forum dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik dimata search engine.
Tetapi tahukah Anda ada sebuah cara untuk mendapatkan backlink yang berkualitas, cara itu disebut dengan guest blogging. Agar Anda dapat mengetahui apa itu guest blogging, mari simak penjelasan berikut ini.

Apa Itu Guest Blogging?                             

Guest Blogging merupakan suatu cara seseorang untuk mendapatkan backlink berkualitas, cara ini juga sering disebut dengan kirim artikel ke website atau blog orang lain. Kenapa disebut dengan kirim artikel? Karena memang cara untuk mendapatkan backlinknya adalah mengirimkan artikel kita ( tidak copy paste ) kepada website atau blog yang menyediakan guest post atau penulis tamu.
Ada banyak situs yang menyediakan guest post, karena itu Anda hanya tinggal mencari situs yang menerima guest post lalu Anda buatlah artikel yang memang berkualitas dan tidak copy paste dan ada baiknya Anda mencari sebuah website yang menyediakan guest post yang sesuai dengan tema blog Anda atau menerima artikel yang bebas tidak dipatokan hanya satu tema saja.
 
 

 

Lalu Apakah Manfaat Guest Blogging?

Guest blogging sangat membantu Anda untuk mendapatkan backlink ke website Anda dan tak hanya itu guest blogging juga sangat bermanfaat untuk pengembangan personal brand Anda sebagai pemilik blog. Kemampuan tulis menulis Anda juga akan terlatih lewat guest blogging.
Untuk sebuah website yang menyediakan guest post sendiri  akan memperoleh keuntungan seperti, website itu akan selalu update, dan dengan sendirinya website tersebut akan mendapatkan banyak pengunjung dari artikel-artikel yang dikirimkan.
 
 

Dimana Sajakah Website Yang Menyediakan Guest Post?

Di Indonesia sendiri sudah banyak website yang menyediakan guest post, karena memang mereka tahu dengan menyediakannya akan mendapatkan banyak keuntungan. Saya pun sudah sering mengirimkan artikel ke webstie-website yang menyediakan guest post, diantaranya:
 
 
www.hanakres.com
www.dhany.web.id
www.sharingdisini.com